Rabu, 18 November 2015

KRIM

                             

Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dan menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan menurut Formularium NasionalCream adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental, mengandung air tidak kurang 60%, dan mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai serta dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Adapun kelebihan menggunakan sediaan cream adalah :
1.      Mudah menyebar rata
2.      Praktis
3.      Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a (minyak dalam air)
4.      Cara kerja langsung pada jaringan setempat
5.      Tidak lengket, terutama pada tipe m/a ( minyak dalam air )
6.      Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga pengaruh aborpsi biasanya tidak diketahui pasien.
7.      Aman digunakan dewasa maupun anak – anak.
8.      Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak
9.      Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada fase a/m ( air dalam minyak ) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
10.  Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.
11.  Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.
Di samping kelebihan tersebut, ada kekurangan di antaranya yaitu :
1.      Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m ( air dalam minyak )
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe crem jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
2.      Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan cream mesti dalam keadaan panas
3.      Mudah lengket, terutama tipe a/m ( air dalam minyak )
4.      Gampang pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5.      Pembuatannya harus secara aseptic
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam – asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a) dan krim tipe air dalam minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.

Krim M/A (Minyak dalam Air)
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi.

Campuran pengemulsi yang sering dipakai yaitu :
1.      Emulsifying wax BP.
2.      Lannette wax (campuran etil & stearil alkohol yang disulfonasi).
3.      Cetrimide emulsifying wax.
4.      Cetomakrogol emulsifying wax.
5.      Asam – asam lemak, seperti palmitat, stearat
Sifat Emulsi M/A Untuk Basis Cream :
1.      Dapat diencerkan dengan air.
2.      Mudah dicuci dan tidak berbekas.
3.      Untuk mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol).
4.      Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit.

Krim A/M (Air dalam Minyak)
Konsistensi dapat bervariasi, sangat tergantung pada komposisi fase minyak & fase cair. Cream ini mengandung zat pengemulsi A/M yang spesisifik, seperti :
1.      Ester asam lemak dengan sorbitol
2.      Garam – garam dari asam lemak dengan logam bevalensi 2
3.      Adeps lanae.

Metode Pembuatan Krim
1.      Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi.
2.      Komponen tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama dipenangas air.
3.      Semua larutan berair yang tahan panas.  Komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
4.      Larutan berair secara perlahan-lahan tambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan,temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak.
5.      Campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental.

6.      Bila larutan tidak sama temperaturna dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair.

Selasa, 20 Oktober 2015

TABLET


Hasil gambar untuk BENTUK SEDIAAN TABLET


 Pengertian
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
II.         Kriteria Tablet
Tablet yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.       Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
2.       Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
3.       Fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik.
4.       Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
5.       Waktu hancur dan lahu disolusi harus memenuhi persyaratan.
6.       Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
7.       Terbebas dari kerusakan fisik.
8.       Stabilitas fisik dan kimiawi cukup baik selama penyimpanan.
9.       Zat aktif dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
10.   Memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.

III.      Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan untuk pengobatan memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:
1.       Tablet merupakan bentuk sediaan utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dibanding semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
2.       Tablet merupakan sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah.
3.       Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan sehingga mudah dibawa.
4.       Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas dan dikirim.
5.       Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6.       Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama tablet salut yang memungkinkan pecah/ hancurnya tablet tidak segera terjadi.
7.       Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.
8.       Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.
9.       Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
10.   Bau, rasa, dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan.

IV.      Kerugian Sediaan Tablet
Kerugian sediaan tablet jauh lebih sedikit dibanding keuntungannya. Kerugian sediaan tablet antara lain:
1.       Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau rendahnya berat jenis.
2.       Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya tinggi, absorpsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup.
3.       Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah.
4.       Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut usia.

V.         Komponen Utama Tablet
Komponen utama tablet adalah zat aktif, bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pengisi, dan bahan pelicin.
Zat aktif yang digunakan dalam pengobatan umumnya merupakan senyawa sintetis kimia, selain itu dapat juga berasal dari hasil ekstraksi alam (tumbuhan dan hewan). Idealnya zat aktif yag akan diformulasikan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel  dengan semua eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan distribusi ukuran partikelnya baik, sifat alir baik, optimum moisture content, kompresibilitas baik, tidak mempunyai muatan pada permukaan, dan mempunyai sifat organoleptis yang baik.
Bahan pengikat adalah bahan yang merekatkan partikel serbuk satu dengan yang lain sehingga membentuk granul yang spheris setelah dilewatkan melalui ayakan. Dengan adanya pengikat diharapkan bentuk granul akan tetap terutama setelah pengeringan sampai proses pencetakan. Contoh : PVP, Mucilago amyli, gelatin, HPC-SL.
Bahan penghancur adalah bahan yang digunakan untuk tujuan agar tablet dapat segera hancur bila kontak dengan air atau cairan lainnya. Contoh : Amylum kering, Eksplotab, Ac-Di-Sol.
Bahan pengisi adalah bahan yang digunakan untuk mendapatkan ukuran tablet yang sesuai dan mempermudah dalam proses pembuatan tablet. Biasanya jumlahnya paling banyak dibandingkan bahan yang lain. Contoh : Laktosa, Starch 1500, Maistarke, Avicel.
Bahan pelicin adalah bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tablet untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.       Memperbaiki aliran granul agar didapat bobot tablet yang seragam. Contoh : Talkum, Aerosil.
2.       Mencegah lekatnya masa siap cetak pada punch atau die, dalam hal ini lubrikan disebut antiadheren. Contoh : Mg stearat dan Talkum.
3.       Mempermudah pengeluaran tablet secara utuh dari cetakannya, dalam hal ini lubrikan disebut lubrikan sejati. Contoh : Mg stearat.



KAPSUL



 Hasil gambar untuk GAMBA CANGKANG  KAPSUL
                                      

Definisi Kapsul menurut F.I ed III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat yangterbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak.

Macam- macam kapsul
1.            Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul)
      contohnya kapsul tetrasiklin, kapsul kloramfenikol dan kapsul Sianokobalamin
2.            Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsule)
      contohnya kapsul minyak ikan dan kapsul vitamin.

Komponen kapsul
1.      Zat aktif obat
2.    Cangkang kapsul
3.    Zat tambahan
       a. Bahan pengisi contohnya laktosa. Sedangkan untuk obat yang cenderung mencair diberi bahan pengisi magnesium karbonat, kaolin atau magnesium oksida atau silikon dioksida.
       b.  Bahan pelicin (magnesium stearat)
  1. Surfaktan/zat pembasah

A.   Kapsul Cangkang Keras
Terdiri atas wadah (badan kapsul) dan tutup yang ukurannya lebih pendek. Kedua bagian saling menutupi bila dipertemukan.
 Bagian tutup harus dapat menyelubungi bagian badan kapsul secara tepat dan rapat sehingga isinya (obat dan bahan tambahan) tidak keluar/tumpah..
      Cangkang keras dapat diisi dengan bahan padat, baik itu serbuk atau granul.
Cangkang kapsul biasanya mengandung air sebanyak 10-15% tetapi di literatur lain ada yang menyatakan sekitar 9- 12%
Sifat cangkang kapsul keras
Cangkang kapsul keras bila disimpan dalam lingkungan yang kelembabannya tinggi , maka uap air akan diabsorbsi oleh kapsul sehingga kapsul menjadi rusak.
Cangkang kapsul gelatin dapat menyerap air seberat 10 kali berat gelatin.
Bila kapsul disimpan pada lingkungan udara yang sangat kering. Sebagian uap air pada kapsul akan hilang, sehingga kapsul menjadi rapuh serta mungkin remuk jika dipegang.
  
Bahan pembuat cangkang keras
1.      Bahan utama bisa berupa gelatin, metilselulosa atau pati.
2.  Bila terbuat dari gelatin, komposisi pembuatnya adalah gelatin, air dan gula.
3.  Pewarna.komposisi dasar kapsul tidak berasa dan tidak berwarna, maka banyak pabrik menambahkan zat pewarna sebagai variasi pada pembuatan cangkang kapsul.
4.   Bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur pada cangkang kapsul.



Hasil gambar untuk GAMBA CANGKANG  KAPSUL


B.   Kapsul lunak
Merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris, atau bulat telur (globula).
Kapsul lunak bisa diisi cairan, suspensi, pasta ataupun serbuk kering.
Kandungan air kapsul cangkang lunak sekitar 6-13%
      Dapat digunakan untuk rute oral, vaginal, rektal dan topikal.
      Kandungan air kapsul cangkang lunak sekitar 6-13%
      Dapat digunakan untuk rute oral, vaginal, rektal dan topikal.
 Selain itu pembuatan kapsul lunak, mengisi bahan obat dan penyegelannya harus dibuat secara berkesinambungan.
Bahan pembuat cangkang kapsul lunak
1.  Bahan utama gelatin
      2. Gliserin, alkohol polivalen atau sorbitol sebagai bahan plastisasi  

Keuntungan Sediaan kapsul
1.      Bentuknya menarik dan praktis
2.      Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi bau dan rasa yang  tidak enak dari obat yang ada di dalamnya.
3. Mudah ditelan dibanding tablet
4.Lebih mudah hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat diabsorbsi.
5. Dokter dapat membuat komposisi obat yang sesuai untuk masing-masing pasien
6. Obat yang menggunakan cangkang kapsul keras dapat dengan mudah dan cepat dibuat di apotek.

Kerugian sediaan kapsul
1.  Tidak bisa digunakan untuk zat yang mudah menguap
2.  Tidak bisa digunakan untuk zat yang higroskopis
3   Tidak bisa untuk zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul
4. Balita umumnya tidak dapat menelan kapsul
5. Tidak dapat dibagi-bagi
6. Harus lebih hati-hati dalam penyimpanan.
  
Cara mengemas dan menyimpan kapsul
1. Harus disimpan pada tempat atau ruangan dengan kondisi kelembaban tidak boleh terlalu rendah dan tidak terlalu dingin
2.  Wadah penyimpanan biasanya botol plastik dan diberi zat pengering.
3.  Bila dikemas dalam bentuk strip atau blister maka wadah strip atau blister itu harus terbuat dari alumunium foil.
Pembuatan sediaan kapsul
Terdiri atas beberapa tahapan
1. Pembuatan formulasi serta pemilihan ukuran kapsul
2. Pengisian cangkang kapsul
3. Pembersihan dan pemolesan kapsul yang telah terisi.
4. Pengemasan
Ukuran kapsul
Ukuran cangkang kapsul  bervariasi dari nomor paling kecil 5 sampai nomor paling besar 000.
Berurutan dari kecil ke besar 5-4-3-2-1-0-00-000
Sebenarnya ada cangkang lebih besar dari 000, tetapi  diperuntukkan untuk hewan.